ZonaInfo.id, Namlea – Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Proyek Bendungan Waeapo dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi Maluku, Albi Hasidungun Rajaguguk membantah ada penambangan emas di Spillway (terowongan serapan air ) dan di sekitar lokasi proyek bendungan.
Wartawan media ini melaporkan, entah siapa yang menghembuskannya, kini beredar informasi di kalangan masyarakat, kalau pekerjaan proyek Bendungan Waeapo berjalan seret, karena ada ditemukan tambang emas di lokasi tersebut.
Informasi yang kurang kredibel itu ditelan mentah-mentah oleh masyarakat, apalagi lokasi proyek itu tertutup dan tidak sembarangan dapat dimasuki oleh masyarakat.
Informasi itu juga disertai bumbu cerita, konon diduga ada oknum yang menjual keluar emas hasil menambang di lokasi proyek.
Kemudian ketahuan oleh pihak manajemen, sehingga keduanya telah dikeluarkan dari lokasi proyek Bendungan Waeapo.
Satu sumber terpercaya mengaku pernah melihat kicauan di salah satu medsos yang menuding tanpa fakta, kalau proyek Bendungan Waeapo berjalan lamban, karena ada upaya penggalian penambangan emas di sana.
Namun sumber ini mengaku sudah tidak ada lagi kicauan tersebut, karena mungkin telah dihapus oleh pemilik akun.
Bahkan saat kunjungan DPRD dan Pemkab Buru di lokasi Spillway, Senin (17/1/2022), terdengar salah satu wakil rakyat dari Fraksi Partai Golkar yang menyelutuk ada penambangan emas di terowongan tersebut dan buru-buru dibantah Rajaguguk kalau tidak ada penambangan di dalam sana.
Kecurigaan kalau di terowongan itu diduga diam-diam ada penggalian emas, karena proyek yang ditangani PT PP – Adhi KSO ini berjalan sangat lamban.
Sedianya, pekerjaan Spillway berupa pengeboran gunung untuk mengalihkan air itu akan dikerjakan sepanjang 395 meter.
Namun saat dikunjungi siang tadi, Rajaguguk mengaku yang baru dikerjakan sepanjang 150 meter. Lalu diralatnya lagi kalau baru mencapai 100 meter.
Tapi saat ditinjau dari dekat di mulut terowongan Spillway, dengan hanya memandang dengan kasat mata, para wakil rakyat ini yakin panjang terowongan di dalam gunung ini tidak sampai ukuran panjang lapangan sepak bola.
Di dalam terowongan juga tidak didukung dengan penerangan lampu yang baik, sehingga rombongan ini tidak leluasa melihat aktifitas apa yang sedang berlangsung di dalam.
Rombongan DPRD dan Pemkab ini hanya sampai di mulut terowongan dan mendapat penjelasan singkat dari Rajaguguk. Tidak ada yang beranjak masuk jauh sampai ke dalam.
Menanggapi semua informasi kurang sedap soal adanya penambangan emas di lokasi proyek tersebut, Albi Hasidungun Rajaguguk di hadapan wartawan sekali lagi menegaskan, kalau di sini tidak ada pertambangan emas dan tidak ada yang mengambil namanya emas.
Rajaguguk meyakinkan, mereka di lokasi proyek Bendungan Waeapo bekerja berdasarkan desain. Telah dilakukan pemetaan geologi, dan tidak ada potensi kandungan emas, sehingga tidak ada usaha pertambangan emas.
Menjawab informasi sampai ada karyawan yang dipecat, Rajaguguk mengatakan, namanya saja itu informasi, sehingga bisa melebar ke mana-mana.
Pihaknya telah melakukan penyelidikan, dan diyakinkan sekali lagi kalau di Spillway dan sekitarnya tidak ditemukan potensi emas.
“Kita hanya melakukan penggalian di permukaan dan tidak ada yang masuk ke bawah,” tandas Rajaguguk seraya mengatakan bila ada informasi lagi seperti itu dipersilakan datang ke kantornya untuk berdiskusi.
Sebelumnya di hadapan DPRD dan Rombongan Pemkab Buru, Rajaguguk menjelaskan kalau proyek yang mulai dikerjakan tahun 2018 lalu, hingga kini baru rampung sekitar 35 persen.
Diketahui, kalau Rajaguguk adalah orang ketiga yang menjadi PPK Proyek Bendungan Waeapo, karena sudah tiga kali mengalami pergantian di posisi tersebut.
Kendati sudah tiga kali PPK diganti, tanda-tanda proyek ini akan dirampungkan pada tahun 2022 ini diperkirakan masih jauh panggang dari api, karena realisasi sampai Januari 2022 ini baru mencapai 35 persen.
Padahal Balai Sumberdaya Air (BSA) Maluku dan kontraktor yang mengerjakan pembangunan Bendungan Waeapo diwarning untuk dapat merampungkan proyek strategis nasional yang dijalankan di Kabupaten Buru, Provinsi Maluku itu, pada tahun 2022.
Warning itu pernah disampaikan Deputi I Kepala Staf Kepresidenan, Febry Calvin Tetelepta saat mengunjungi lokasi proyek Bendungan Wayapu di Desa Wapsalit, Kecamatan Lolongwuba, Kabupaten Buru, Rabu 2 Desember tahun 2020 lalu.
Di hadapan para rekanan Konsorsium BUMN yang mengerjakan proyek Bendungan Waeapo ini dan disaksikan wartawan dan tamu undangan, Febry Calvin Tetelepta menegaskan, proyek yang dikunjunginya itu adalah proyek strategi nasional.
“Saya pastikan bahwa tahun 2022 nanti proyek ini sudah harus selesai dengan baik,” ucap Febry waktu itu.
Untuk itu kepada kontraktor pelaksana dan juga pihak BSA Maluku sebagai kepanjangan tangan Kementerian PUPR di Maluku, sekali lagi Febry menegaskan kalau proyek itu sudah harus rampung tahun 2022 nanti.
“Kami akan terus melototin proyek ini sampai selesai. Dan saya kalau melototin tidak ada beban apa apa. Sedikitpun saya tidak ada beban,” tegas Febry.
“Berteman ya berteman. Tapi tugas saya kejam. Di luar kita saudara, tapi kalau tugas kita tidak ada beban apa-apa,” tegasnya lagi.
Namun dari hasil pantauan di lapangan, pekerjaan inti Spillway dan Main Dam belum menunjukan kemajuan di lapangan.
Yang terlihat rampung hanya pekerjaan access road (jalan masuk) sepanjang 2.317 meter dengan lebar badan jalan 8 meter dan pekerjaan inspection road (jalan inspeksi) sepanjang 702 meter dengan lebar badan jalan 3,5 meter. (ZI-18)