ZonaInfo.id, Piru – Warga tiga desa di Kecamatan Inamosol, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) masih terisolasi.
Sungai Koa menjadi satu-satunya jalan untuk menghubungkan warga di ketiga desa tersebut yaitu Rumberu, Rambatu dan Manusa.
Namun sungai Koa sering menjadi penghambat bagi warga yang berada di daerah pegunungan itu kalau meluap ketika hujan deras. Warga kesulitan untuk melintas.
Seperti yang terjadi Selasa (17/5/2022) lalu, hujan deras sehingga sungai yang berada di petuanan Desa Rumberu itu meluap. Bahkan menyeret sebuah dump truk milik perusahaan yang mengerjakan ruas jalan Desa Rumberu Manusa.
“Pemandangan dan peristiwa ini sudah sering kali warga masyarakat pegunungan yang tinggal di Desa Rumberu, Rambatu dan Manusa alami,” kata Jenlik Ruspanah, salah seorang warga Manusa yang tinggal di Desa Kairatu, Rabu (18/5/2022).
Jenlik mengungkapkan, masyarakat setiap hari harus melintasi sungai Koa, karena tidak ada jalan alternatif.
“Kami warga masyarakat setiap hari harus melintasi sungai Koa dengan jalan kaki, kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat, tidak ada jalur alternatif atau jalur lain yang bisa kami lalui,” ujarnya.
Menurut Jenlik warga ketiga desa sudah terbiasa dengan sungai Koa. Sering harus bermalam di tenda kalau sungai meluap.
“Misalnya saat kami mau melakukan perjalanan ke Desa Rumberu, Rambatu dan Manusa tiba-tiba diguyur hujan besar kami harus berhenti perjalanan di sekitar sungai Koa dan membuka tenda untuk bermalam sampai esok hari sambil menunggu surutnya banjir,” jelasnya.
“Sehingga dalam perjalanan lintas kami sudah menyiapkan perbekalan dan tenda untuk mengantisipasi datangnya hujan yang mengakibatkan banjir,” sambungnya.
Lanjut Jenlik, kalau air sungai meluap tidak terlalu besar warga bisa melintas dengan rakit yang sudah disiapkan oleh warga Desa Rumberu. Tarifnya per orang Rp 5.000. Untuk kendaraan roda Rp 10.000.
Karena itu, warga Desa Rumberu, Rambatu dan Manusa berharap pengerjaan ruas jalan Rumberu-Manusa cepat diselesaikan.
“Kondisi jalan sekarang baru penimbunan sirtu dan pengerasan. Untuk pengaspalan baru pada jalan Desa Rumberu kurang lebih dua kilo meter, sisanya semua masih jalan sirtu. Harapan besar kami kepada Pemerintah Provinsi Maluku dan pemerintah pusat bisa mempercepat pengaspalan dan pembangunan jembatan,” tandas Jenlik.
“Jujur selama ini kami masyarakat pegunungan miskin akan infrastruktur jalan dan jembatan. Pemerintah kurang memperhatikan pembangunan infrastruktur untuk menghubungkan satu desa dan desa lain. Kami masih terisolasi dan menjadi warga kelas dua di Republik ini. Kasarnya kami dianaktirikan,” tandasnya lagi.
Jenlik mengatakan, masyarakat ketiga desa sering dibohongi oleh politisi saat kampanye pileg, pilpres, dan pilkada. Tetapi hampir tak satupun yang terealisasi dari janji mereka.
“Kami masyarakat pegunungan mudah dibohongi. Ini terbukti saat mendapat kursi empuk lupa dengan janji dan perilaku politiknya berubah. Kami tidak butuh janji tapi kami butuh tindakan untuk menyelesaikan penderitaan kami berpuluh-puluh tahun. Kami ini bagian dari NKRI,” ujar Jenlik. (ZI-14)