ZonaInfo.id, Ambon – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ambon saat ini gencar melakukan testing, tracing, dan tracking (3T). Hal ini menyebabkan jumlah kasus konfirmasi Covid-19 di Kota Ambon terus meningkat.
“Kasus cukup tinggi karena kita lakukan tracing baik di kantor-kantor, di sekolah dan tracking dari yang terkonfirmasi positif, ” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon, Wendy Pelupessy, Senin (7/2/2022) di Balai Kota.
Meningkatnya kasus konfirmasi positif yang terjadi beberapa hari belakangan turut berpengaruh pada skor Kota Ambon dalam peta resiko penyebaran Covid-19 di Provinsi Maluku.
Kota Ambon yang pada pekan sebelumnya berada di Zona Kuning dengan skor 2,92, kini turun 0,19 poin menjadi 2,73.
“Data terakhir, skor Kota Ambon turun menjadi 2,73 dan masih berada di Zona Kuning atau resiko rendah dengan PPKM Level II,” ungkap Pelupessy.
Dijelaskan, skor pada peta resiko penyebaran Covid-19 didasarkan pada perhitungan dan pembobotan sejumlah indikator, utamanya jumlah kasus aktif dan meninggal dunia, dimana hingga saat ini tercatat kasus konfirmasi mencapai 725 orang dan meninggal dunia 3 orang. Padahal sebelumnya, Kota Ambon sempat mempertahankan nihil kasus selama lima minggu berturut-turut dan berada di Zona Hijau.
Lanjutnya, Covid-19 identik dengan penularan sehingga dengan tingginya angka yang terkonfirmasi berdasarkan hasil tracing dan tracking, pasien dapat diisolasi untuk mencegah penularan.
“Prinsipnya begini, pertama, Covid-19 identik dengan penularan, sehingga ketika mengurangi pergerakan, bisa meminimalisir penularan. Yang kedua ketika kita dapat lebih banyak yang terkonfirmasi kita bisa isolasi agar mereka tidak menularkan orang lain sehingga penularan lebih masif,” kata Pelupessy.
Pelupessy berharap kenaikan kasus konfirmasi secara signifikan tidak dianggap sebagai sesuatu yang dibuat-buat. Pasalnya, hal ini sudah diprediksi sebelumnya oleh para ahli, dan terjadi tidak hanya di Kota Ambon tetapi hampir seluruh daerah di Indonesia.
“Bukan hanya di Kota Ambon, tapi seluruh wilayah Indonesia kenaikan kasus signifikan dengan kondisi seperti ini dan itu sudah diprediksi ahli epidemiologi bahwa kenaikan kasus akan terjadi di bulan Februari dan Maret, itu sudah diperhitungkan,” tandasnya. (ZI-17)