
Akademisi Berbicara Menanggapi Video Viral Kondisi Perairan Pantai Desa Kupa-kupa
Sumber: https://www.facebook.com/100005065963910/videos/pcb.2688366921342147/2197162883950402
Meresponi kekhawatiran masyarakat Desa Kupa-kupa, Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara terkait unggahan video pada media sosial di facebook dan media sosial lainnya serta berita pada beberapa media massa tentang isu pencemaran di pesisir pantai Desa Kupa-kupa dan sekitarnya, maka sebagai akademisi bidang Kimia Organik, Dr. Johanis Wairata, S.Si, M.Sc dan akademisi Kimia Lingkungan, Margaretha Tabita Tuny, S.Si, M.Sc dari Universitas Halmahera perlu memberikan kajian ilmiah tentang keresahan masyarakat tersebut.
Kedua akademisi tersebut lantas melakukan survei dan mengambil sampel serta melakukan wawancara dengan masyarakat sekitar pantai.
Sampel yang diambil di pesisir pantai Desa Kupa-Kupa pada tanggal 5 Juli 2024 selanjutnya langsung diuji di LAB MIPA Universitas Halmahera.
Pengujian sampel yang dilakukan berdasarkan tingkat kepolaran dari kelompok senyawa kimia yang menjadi bahan pencemar. Pengujian yang dilakukan menggunakan perbandingan pelarut antara Petrolium eter, n-Heksana, Diklorometan, Metanol dan Air, maka didapati hasilnya bahwa bahan pencemar tersebut larut pada larutan Petrolium eter dan n-Heksana yang bersifat non polar selanjut tidak larut pada Diklorometan yang semi polar maupun metanol dan air yang bersifat polar.
Hal ini berarti bahan pencemar tersebut merupakan bahan dari kelompok senyawa non polar. Kelompok senyawa kimia yang non polar diantaranya ada kelompok lemak, kelompok minyak dan lainnya. Sifat lemak yang tidak larut air sehingga membutuhkan waktu lama untuk alam membersihkan dirinya.
Untuk itu perlu campur tangan manusia untuk membersihkan lemak dari air. Lemak pada suhu dingin akan menggumpal sehingga pada beberapa hari kemarin terlihat seperti tepung yang menutup air, hal ini dapat terjadi karena iklim penghujan dan suhu udara menurun di Tobelo, Tobelo Selatan dan sekitarnya.
Foto Uji Kelarutan
Berdasarkan hasil uji, Secara kasat mata dapat dilihat bahwa sampel yang diambil di lokasi tersebut merupakan lemak tumbuhan dari tanaman kelapa. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa lemak kelapa dalam jumlah banyak bisa masuk ke laut? hal ini perlu menjadi perhatian khusus dari semua pihak untuk bisa mengendalikan potensi buangan lemak ke laut, dengan penanganan mulai dari sumbernya. Karena apabila tidak dikendalikan dan dibiarkan terus menerus maka lemak tersebut akan menutup permukaan air laut yang menyebabkan oksigen akan terhalang untuk masuk ke laut dan menyebabkan kematian serta kerusakan ekosistem pada wilayah tersebut. Selain itu lemak dapat menggumpal dan tenggelam sehingga menutup terumbu karang dan biota laut yang bisa menyebabkan kematian ekosistem secara permanen. Hal ini didukung dengan data di lokasi terdapat ikan-ikan kecil mati dalam jumlah banyak yang tersebar di pesisir pantai.
Selain itu, pada permukaan air laut terdapat planton dan zooplanton yang berpotensi terganggu oleh tutupan di permukaan air laut mengakibatkan terganggunya rantai makanan biota perairan terutama ikan kecil.
Foto Pengamatan pada pesisir pantai (Dokumentasi: Ikan mati di Pantai Desa Kupa-Kupa, 5 Juli 2024)
Dari hasil temuan ini maka kami merasa perlu adanya pengujian lebih lanjut tentang komposisi bahan kimia tambahan ikutan lain yang terbuang bersama lemak tersebut ke laut. (*)