ZonaInfo.id, Namlea – Babinsa Koramil 1506-01/Namlea di Desa Ilath, Kecamatan Batabual, Kabupaten Buru, Sertu Dharman Wabula mendirikan walang belajar dan mengajarkan anak SD belajar membaca.
Kepada awak media Jumat (5/11/2021), Sertu Dharman Wabula menjelaskan, kalau di masa pandemi Covid-19 sekarang ini, keseharian siswa ikut berubah. Mereka tidak lagi seperti biasa berinteraksi bersama teman sebayanya. Namun, hal tersebut tidak lantas membuat mereka berhenti peduli antar sesama.
Melihat keberadaan anak SD di desa tersebut, Sertu Dharman Wabula terpanggil untuk membentuk walang belajar sekaligus menindak lanjuti Program Danrem 151/Binaiya dengan mengadakan kegiatan Walang Belajar di luar jam Sekolah.
Sertu Dharman Wabula menerapkan bentuk kepedulian selama masa Pandemi Covid-19 dengan mengajak siswa-siswi untuk belajar di tempat itu sesuai dengan program Danrem 151/Binaiya, yaitu di Walang Belajar.
Menurut Wabula, butuh kreatifitas pembelajaran dari guru di luar sekolah di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, sehingga belajar tidak membuat peserta didik jenuh.
“Kehadiran siswa-siswi di walang belajar merupakan tanggung jawab moril sebagai aparat komando kewilayahan karena siswa-siswi generasi penerus bangsa yang harus kita perjuangkan agar mereka nantinya dapat mengejar cita-citanya di masa depan,” ucapnya.
Selama mengajar di walang belajar, Wabula juga menghimbau agar siswa-siswi tetap mendukung Pemerintah dalam rangka mencegah dan memutus rantai penyebaran Covid-19 dengan tetap selalu mematuhi Protokol Kesehatan di setiap kegiatan yang dilaksanakan.
Para siswa sangat antusias belajar bersama di walang belajar. Dan di tengah keseriusan belajar membaca ada siswa yang berperilaku lucu dan mengundang tawa rekan-rekannya. Misalnya saja, saat salah satu siswa diminta mengeja huruf TNI-AD, ia dengan lancar dapat menyebutkan satu demi satu huruf tersebut. Tapi saat diminta membacanya, siswa ini bukannya menyebut TNI-AD, melainkan menyebut kata TENTARA, sehingga sontak riuh dengan tawa lepas dari rekan rekannya.
Lucunya lagi, saat para siswa-siswi diminta mengeja empat huruf li dan di, dengan antusias bukan terlontar kata lidi, melainkan diganti dengan kata sapu. (ZI-18)