Lintas Daerah

Pemkab Malteng Siapkan Skenario Antisipasi Tsunami

ZonaInfo.Id, Masohi – Wilayah Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah memiliki potensi tsunami non tektoknik yang cukup tinggi. Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah telah menyiapkan skenario untuk mengantisipasi ancaman tsunami itu.

Skenario yang disiapkan yaitu membuat jalur evakuasi, dan membangun rumah tahan gempa.

Kepala BPBD Maluku Tengah Abdul Latif Key menjelaskan, jalur evakuasi sudah sejak beberapa tahun lalu mulai dibuat di setiap desa.

“Ibu Kepala BMKG sangat apresiasi terhadap jalur evakluasi yang kita siapkan. Tapi Beliau biliang agar bisa ditambah lagi,” ujar Latif, Selasa (13/9/2021).

Pemkab Malteng juga akan melakukan penanaman pohon di sepanjang pantai. Hal ini dilakukan sebagai mitigasi vegetatif yang merupakan penanganan jangka panjang.

“Tujuannya kalau terjadi sesuatu, tapi mudah-mudahan tidak, itu bisa meminimalisasi bencana. Jenis pohon tergantung situasi dan kondisi desa,” kata Latif.

Selain itu, pihaknya juga menyiapkan grand design tata kota dan desa yang tahan gempa. Bangunan tahan gempa diharapkan bisa menggantikan tenda sebagai tempat pengungsian.

“Kalau terjadi sesuatu, bangunan-bangunan itu bisa menampung warga yang mengungsi, tidak lagi pakai tenda,” jelas Latif.

Potensi Tsunami Non-Tektonik

Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, wilayah Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah memiliki potensi tsunami non tektonik yang cukup tinggi.

Pemerintah daerah dan pihak lainnya diminta untuk melakukan latihan mitigasi bencana secara rutin kepada masyarakat.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, potensi tsunami tersebut adalah hasil penelusuran dan verifikasi zona bahaya yang dilakukan BMKG di Pulau Seram.

Hasilnya menunjukkan, bahwa sepanjang garis pantai pulau tersebut merupakan laut dalam dengan tebing-tebing curam yang sangat rawan longsor. Adapun, tsunami non-tektonik yang dimaksudkan adalah tsunami yang bukan disebabkan gempa.

“Gempa menjadi trigger terjadinya longsor yang kemudian menyebabkan gelombang. Dalam pemodelan, dapat disimpulkan apakah berpotensi menimbulkan tsunami atau tidak. Bisa saja tidak, tapi ternyata gempa tersebut malah membuat longsor bawah laut yang kemudian memicu tsunami,” ujar Dwikorita, di Jakarta, Rabu (8/9/2021).

Dwikorita menyebut, beberapa wilayah di Pulau Seram tersebut. Diantaranya, Negeri Samasuru, Negeri Amahai, Kota Masohi, dan Negeri Tehoru.

Selain melakukan verifikasi peta bahaya dan menyusuri jalur evakuasi, kata Dwikorita, dirinya dan tim BMKG bersama BPBD setempat, Kepala Pusat Studi Bencana Alam Universitas Pattimura, dan Peneliti dari LIPI dan Badan Geologi juga secara langsung mendengar kesaksian dan cerita warga tentang terjadinya gempa dan tsunami masa lalu.

“Di Negeri Tehoru saya melihat langsung jejak tanah yang longsor ke laut. Di Samsuru, warga setempat bahkan telah melakukan perhitungan kedalaman laut dari batas bibir pantai. Jarak 3 meter dari bibir pantai, kedalaman laut sudah mencapai 23 meter,” bebernya.

Dwikorita meminta masyarakat yang berada di sepanjang garis pantai di Pulau Seram untuk segera melakukan evakuasi mandiri. Terutama apabila merasakan getaran atau guncangan tanah atau gempa bumi, tanpa harus menunggu peringatan dini BMKG.

“Belajar dari pengalaman, tidak usah menunggu peringatan dini tsunami. Segera lari begitu merasakan getaran tanah atau gempa. Jauhi pantai dan segera lari ke bukit-bukit atau tempat yang lebih tinggi,” tandasnya.

Dwikorita juga mengungkapkan, Kepulauan Maluku memiliki sejarah panjang gempa bumi dan tsunami. Diharapkan pemerintah daerah dengan pihak terkait dapat melakukan berbagai upaya mitigasi guna mengurangi dampak dan risiko kerugian, jika sewaktu-waktu bencana gempa dan tsunami terjadi. (ZI-12)