
Aziz Ingin Pemain Sepak Bola Nasional Lahir dari Buru
ZonaInfo.id, Namlea – Anggota DPRD Maluku dapil Buru dan Buru Selatan menginginkan sistem pembinaan sepak bola bagi anak-anak dan remaja ditata sehingga akan muncul kembali pemain nasional dari daerah itu.
Kepada wartawan di Namlea, kemarin, Aziz Hentihu yang digadang-gadang bakal menjadi calon kuat Bupati Buru di pilkada 2024 nanti, berkeinginan kuat menata kembali bibit sepak bola dengan sistem pembinaan usia dini.
Kata Aziz, masa depan sepak bola itu sangat ditentukan oleh sistem pembinaan di usia muda. Misalnya di usia 8 tahun sampai 15 tahun.
“Nah itu kalau dibina dengan baik, dilatih dengan baik, ada wadah sekolah sepakbola, lalu sistem kompetisi juga ada bagi usia anak-anak dan remaja nantinya akan nampak paling lambat di usia 15-19 tahun,” ujar Aziz.
Untuk itu, Aziz berharap semua urun rembuk untuk mendukung sistem pembinaan sepak bola dari usia anak dan remaja di Kabupaten Buru. Dukungan itu juga harus datang dari pemerintah dan legislatif.
Sebagai anggota legislatif yang juga punya hobi sepak bola, selama ini Aziz selalu menyingsingkan lengan baju untuk membantu event-event sepak bola di daerah itu.
Namun Aziz mengakui, ia masih belum puas kalau sistem pembinaan di Kabupaten Buru tidak ditata dengan baik.
Era Salim Alkatiri, dan Ely Idris sc asal Buru yang pernah berkiprah sebagai pemain nasional PSSI, kini nyaris sudah tidak lagi terdengar nama pemain nasional dari Buru.
“Kita inginkan akan muncul pemain-pemain muda nasional yang asalnya mewakili Kabupaten Buru,” harap Aziz.
Selain pembinaan bibit-bibit muda, Aziz juga mendambakan sudah harus ada stadion sepak bola yang memadai di Namlea.
Akuinya, sampai saat ini dambaan stadion yang memadai itu masih belum ada.
Kompetisi selama ini hanya menggunakan lapangan-lapangan sepak bola yang konvensional yang ada di beberapa desa.
Kata Aziz, sesungguhnya pemain muda dari Kabupaten Buru banyak yang potensial.
Hanya saja tidak ditopang dengan fasilitas pendukung dan penunjang lainnya. Misalnya agar bisa mengikuti event di Ambon dan di luar Maluku.
“Ini yang masih menjadi kendala. Ini tanggung jawab utamanya ada di PSSI, lalu ada KONI dan kita semua,” tutur Aziz.
Lebih lanjut dijelaskan, hal-hal substansi seperti disampaikannya belum dimanajemen dengan baik. Mulai dari fasilitas, pembiayaan dan sistem pembinaan sejak anak dan remaja, lalu iklim kompetisinya.
“Kita belum punya jadwal tetap kompetisi di usia belasan tahun, senior, kemudian event-event di Indonesia ada banyak tapi tidak bisa kita ikuti,” tandas Aziz.
“Untuk mengikuti kompetisi divisi III saja susahnya minta ampun. Kita mesti patungan. Setiap tahun ada dana hibah tinggal kita maksimalkan. Kemudian ada pengusaha-pengusaha pencinta sepak bola juga sebaiknya ikut diberdayakan membina sepak bola,” pungkasnya. (ZI-18)