Hukum & Kriminal

Ahli Forensik Otopsi Korban Pembunuhan di Kabupaten Buru

ZonaInfo.id, Namlea – Polres Buru mendatangkan dokter forensik terbaik dari RS Bhayangkara Ambon Polda Maluku untuk melakukan otopsi terhadap korban pembunuhan Gunawan Tomagola, warga Desa Seith, Kecamatan Teluk Kaiely, Kabupaten Buru.

Korban dikeroyok pada 6 Juni 2025 lalu dan akhirnya meninggal dunia.

Beberapa saat berselang penganiayaan itu, korban pingsan dan meninggal dunia.

Sebelum pingsan, Gunawan Tomagola mengeluh kepada keluarganya, kalau pada bagian tubuhnya yang kena pukul dan tendangan sangat sakit.

Terutama pukulan dan tendangan di bagian dada menyebabkan korban mengeluh sangat sakit di bagian tersebut dan sesak nafas.

Sampai berita ini dikirim, belum ada keterangan resmi dari pihak Polres Buru perihal masalah tersebut. Paur Humas, Aipda MYS Jamudin yang dihubungi lewat pesan WA belum membalas.

Wartawan media ini yang meliput langsung di TKP jalannya kegiatan otopsi pada Kamis pagi (26/6/2025) melaporkan,  Polres Buru telah mendatangkan dr. Arkipus Pamuttu dibantu tiga jururawat dari RS Bhayangkara Ambon.

Pamuttu adalah seorang dokter forensik pertama di Maluku. Ia menyelesaikan pendidikan dokter spesialis forensik dan medikolegal di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar.

Ia juga menjabat sebagai ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Maluku Tengah periode 2023-2025.

Tim forensik dari Polda Maluku  tiba tadi pagi dan langsung menuju TKP di Desa Ilath.

Kegiatan Otopsi berjalan aman dan lancar dibawa pengawalan petugas Sabhara Polres Buru yang dipimpin langsung Kasat Sabhara, Iptu Andre  Layan.

Sejumlah personil Sat reskrim Polres Buru juga ikut terjun ke TKP dipimpin KBO Reskrim.

Setelah jenazah korban diambil dari liang lahat, dokter Pamuttu dan tim langsung melakukan kegiatan otopsi dalam tenda tertutup yang dibangun di kuburan korban.

Dengan  menggunakan peralatan yang modern, kegiatan otopsi berlangsung kurang dari dua jam.

Saat jarum jam baru menunjukan  pukul 11.15 WIT, otopsi korban yang mulai jalan pukul 09.33 WIT telah selesai.

Setelah itu, imam dan penghulu mesjid masuk lagi ke tenda untuk kembali mengkafani dan menguburkan korban.

Mulai dari kegiatan penggalian kubur dan penguburan ulang korban, terlihat ada 10 orang warga yang membantu kegiatan itu.

Sejumlah warga, keluarga dan juga teman-teman korban datang langsung ke kuburan  korban. Kades Seith dan sejumlah perangkat desa juga terlihat ada di sana.

Kuasa hukum keluarga korban, Eko Lapandewa dan Jaidun Samoal ikut langsung menyaksikan dari dekat kegiatan Otopsi di dalam tenda.

Eko dan Jaidun yang ditemui usai kegiatan otopsi mengatakan, kalau prosedur medis atau pemeriksaan  tubuh korban setelah kematian untuk menentukan penyebab atau cedera yang terkait dengan peristiwa tanggal 6 Juni lalu.

Eko menegaskan lagi, kalau otopsi itu untuk menambah hasil penyidikan aparat kepolisian supaya bisa mengetahui penyebab meninggalnya korban Gunawan Tomagola.

Selaku kuasa hukum keluarga korban, Eko dan Jaidun yakin dengan hasil otopsi tadi, maka penyidik Reskrimsus Polres Buru bisa sesegera mungkin menetapkan para tersangka pelaku kejahatan tindak pidana pembunuhan korban Gunawan Tomagola.

Eko bersyukur kegiatan otopsi berjalan lancar dan aman. “Kita hanya melakukan pemantauan untuk menyaksikan prosesnya otopsi berjalan dengan baik atau tidak. Nanti hasilnya seperti apa, maka itu dokter punya wewenang,” kata Eko dan diiyakan Jaidun.

Eko dan Jaidun berharap proses ini cepat terungkap, kemudian penyidikan secepatnya menentukan tersangka, sehingga keluarga korban merasa puas dengan penegakan hukum yang dilakukan oleh Polres Buru.

Wartawan media ini lebih jauh melaporkan, kakak korban, Anita Ipa yang memantau jalannya penggalian jenazah korban  terlihat meneteskan air mata sedih.

Seorang ibu yang diketahui kerabat korban  juga menangis dan berteriak histeris, sehingga ada petugas reskrim yang datang membantu dan membawa pergi ibu itu menjauh dari sana.

Sedangkan ibu kandung korban, Nyonya Sofian memilih tetap di rumah karena tidak tega melihat jenazah anaknya digali lagi dari Liang lahat.

Namun ia sempat menangis dan berkeluh kesah di depan rumahnya, saat petugas kepolisian dan tim forensik hendak berlalu kembali dengan angkutan laut menuju Kota Namlea.

Sang ibu ini berujar, kalau anaknya mati teraniaya, dan jenazahnya digali lagi dari kuburan dan dibedah.

Sang ibu meminta rasa keadilan dari aparat kepolisian Polres Buru agar menindak tegas para pelaku.

Kepada awak media, kakak korban Anita Ipa juga mengungkapkan, saat kejadian pengeroyokan adiknya tanggal 6 Juni lalu, tidak ada rasa empati dan simpati dari pihak keluarga pelaku untuk mendatangi orang tua korban.

Baik itu untuk meminta maaf, maupun menyatakan rasa berduka cita atas kejadian memilukan yang menimpa Gunawan Tomagola.

Tomagola dikeroyok di dekat pantai pada hari Jumat, 6 Juni lalu. Kejadian pengeroyokan dan tindak kerasan itu baru berhenti setelah kakak korban Anita Ipa berteriak dan warga keluar rumah menyaksikan serta melerai peristiwa naas itu.

Anita Ipa dan beberapa saksi mata sempat menyaksikan ada dua orang yang masih sempat mengasari korban, yakni Farid Wally dan La Jusman Buton.

Korban dikasari hingga terjatuh ke tanah. Saat korban berusaha bangun dan hendak melarikan diri, terlihat satu pelaku La Jusman Buton masih dengan garang. melayangkan tendangan ke dada korban.

Usai kejadian itu, kepada Anita Ipa dan keluarganya, korban mengeluhkan sakit di sekujur tubuh dan dadanya sesak akibat pukulan dan tendangan. Korban sempat pingsan dan beberapa saat kemudian meninggal dunia.

Informasi yang diperoleh menyebutkan, pasca kejadian itu, ada 9 warga yang digelandang ke Polres Buru di Namlea.

Setelah menjalani pemeriksaan satu kali 24 jam, ada tujuh warga Desa Seith yang dipulangkan. Sedangkan dua lainnya, masih diamankan. (ZI-18)

Tinggalkan Balasan