ZonaInfo.id, Ambon – Kota Ambon termasuk daerah rawan bencana. Wali Kota, Bodewin M. Wattimena menegaskan tiga hal penting untuk ditindaklanjuti.
Wali Kota menyampaikan hal ini saat membuka apel siaga sekaligus Latihan Evakuasi Mandiri yang digelar BPBD Kota Ambon dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB), Sabtu (26/4/2025), di halaman SD Negeri 1 Ambon, Kawasan Tanah Tinggi.
“Catatan bagi kita hampir setiap tahun cuaca ekstrem terjadi bencana di Kota Ambon, terutama longsor yang membuat rumah-rumah warga rusak, belum lagi gempa bumi yang banyak terjadi dan bisa saja berpotensi tsunami, mengancam nyawa korban harta benda dan lain-lain,” ujarnya.
Wali Kota meminta semua pihak yakni pemerintah, akademisi, masyarakat atau komunitas, pers, dan dunia usaha dalam konteks pentahelix dapat berupaya meminimalisir jatuhnya korban ketika terjadi bencana.
“Kita harus memiliki kemampuan untuk mitigasi dan kontigensi bencana, maupun berbagai hal lainnya sebagai tanda kesiapan kita menghadapi bencana agar kita tidak panik dan tahu cara menyelamatkan diri,” ujarnya.
Terkait dengan HKB tahun 2025 ini, Wali Kota menegaskan tiga hal penting. Pertama; kerja kolaborasi dan sinergitas antar semua pihak, kedua; kegiatan mitigasi bencana dan sosialisasi perlu dilakukan bekerjasama dengan para mitra hingga di desa/negeri dan kelurahan, serta ketiga; memastikan bahwa Kota Ambon siap pasca bencana.
“Ini semua agar kita semua siap baik sebelum bencana, saat bencana maupun pasca bencana, Pemerintah Kota dan seluruh stakeholder siap, berkolaborasi memastikan semua berjalan dengan baik,” tandasnya.
Sementara itu, Plt. Kepala Pelaksana BPBD Kota Ambon, F. Tatipikalawan, melaporkan dalam kurun waktu 2024-2025, kejadian bencana tertinggi di kota ini yakni sebanyak 308 kejadian, yang didominasi bencana tanah longsor, sebab wilayah Kota Ambon 90 persen terdiri dari daerah perbukitan, yang mana terjadi pengalihan fungsi lahan dari hutan menjadi pemukiman. Selain itu, kota ini juga memiliki potensi bencana gempa bumi dan tsunami seperti yang terjadi pada tahun 1950 silam.
“Oleh sebab itu, kita perlu meningkatkan kesiapsiagaan seluruh elemen dari semua pihak yang tergabung dalam pentahelix dalam urusan penanggulangan bencana karena bencana merupakan urusan semua pihak,” ujarnya.
Ia menjelaskan paradigma penanggulangan bencana saat ini, lebih menitikberatkan pada peningkatan kapasitas berbasis komunitas, dimana masyarakat menjadi sumberdaya utama dalam penanggulangan bencana yang terjadi. Hal ini menjadi alasan dilaksanakan apel siaga dan simulasi secara rutin, yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap bencana.
“Upaya meningkatkan kapasitas masyarakat menuju masyarakat tangguh, oleh sebab itu dilakukan simulasi rutin di daerah maupun di sekolah, sesuai arahan dari Presiden RI Prabowo Subianto,” kata Tatipikalawan. (ZI-21)