Lintas Daerah

Warga Wapsalit Tinggalkan Kampung Setelah Palang Adat Dibuka Paksa

ZonaInfo.id, Namlea – Aktivitas PT Ormat Geothermal Indonesia (OGI) yang sedang melakukan eksplorasi pengeboran Panas Bumi dikabarkan mulai menelan dampak sosial dengan mengungsinya sejumlah kepala keluarga dari Desa Wapsalit, Kecamatan Lolongquba, Kabupaten Buru.

Masyarakat Desa Wapsalit yang paling berdekatan dengan lokasi proyek dikabarkan telah mengungsi, sebagai akibat palang adat (sasi) dibuka paksa oleh oknum aparat keamanan.

Wartawan media ini mengutip satu laporan tertutup yang sampai ke Pemerintah Pusat pada hari Sabtu (5/8/2023) menyebutkan, telah diperoleh informasi dari Gebat Wael, Tokoh Adat Dataran Tinggi Wapsalit Petuanan Kaiely, Kabupaten Buru terkait perkembangan pemalangan sasi adat operasional PT OGI oleh masyarakat adat.

Dilaporkan bahwa pemalangan/sasi adat yang dilakukan oleh pihak adat telah dibuka secara sepihak oleh oknum aparat. Hal itu sangat disesalkan Gebat Wael.

Diakui, selama ini pihak aparat selalu memperhatikan rakyat dan selalu berada pada posisi netral

Namun saat ini pihaknya merasa  kalau oknum aparat diduga sengaja dihadapkan dengan masyarakat adat dan pihaknya tidak mau diadu dengan aparat.

Laporan itu menyebutkan, masyarakat adat sangat mendukung program pembangunan oleh pemerintah.

Namun pembukaan palang adat telah melukai hati masyarakat, sehingga perlakuan buka paksa oleh oknum aparat itu diibaratkan memperlakukan mereka seperti teroris OPM atau telah kembali ke zaman di masa penjajahan asing, sehingga mereka akan menyikapi kepada pemerintah  atas pelanggaran hak ulayat/adat tersebut.

Disebutkan, dampak dari pembukaan palang adat secara sepihak itu justru semakin menimbulkan permasalahan, karena saat ini sudah belasan KK (Kepala Keluarga) yang telah mengungsi keluar dari Desa Wapsalit.

“Karena merasa takut dan terancam serta kemungkinannya akan bertambah warga lagi yang akan mengungsi keluar dari Desa Wapsalit, ” bunyi isi laporan itu.

Ali Wael dikabarkan telah berkoordinasi dengan Raja Petuanan Kaiely, Fandi Wael pada Kamis malam untuk membahas persoalan tersebut.

Perintah Raja Petuanan Kaiely agar Ali Wael tidak ikut mengungsi. Ia dijanjikan akan dipertemukan dengan Pj. Bupati Buru untuk menyampaikan masalah tersebut dan menunggu keputusan dari penjabat bupati.

Sementara itu, Humas PT OGI, M Adjie Hentihu yang berhasil dihubungi Minggu (6/8/2023), meluruskan kejadian pembukaan palang adat. Ia membantah ada terjadi buka paksa oleh aparat keamanan.

Yang benar, kata Adjie, palang adat itu hanya dibuka sementara waktu setelah terlebih dahulu dilakukan koordinasi dengan tokoh adat, termasuk dengan Ali Wael.

Palang dibuka sementara waktu dan ditutup lagi guna memberikan akses kendaraan mensuplai BBM untuk kebutuhan generator penerangan listrik dan air bersih  untuk karyawan yang bekerja di PT OGI.

“Setelah koordinasi, baru palang dibuka sementara waktu untuk menyuplai air bersih dan BBM. Setelah itu palang ditutup lagi. Jadi tidak ada upaya buka paksa,” yakinkan Adjie.

Terkait dampak sosial yang ditimbulkan akibat palang adat dibuka, sehingga ada sejumlah KK yang mengungsi dari Desa Wapsalit, dengan nada arif Adjie menyebutkan hal itu terkait dengan kepercayaan adat.

Ia hanya bisa mengimbau agar masyarakat yang terlanjur mengungsi agar mau kembali lagi ke rumah mereka.

Wartawan media ini lebih jauh melaporkan beredar luas di media sosial, video pengakuan warga yang mengungsi akibat ketakutan. Mereka mengaku pergi meninggalkan kampung, tinggalkan rumah, tinggalkan kebun, tinggalkan hewan peliharaan dan tambak ikan.

Warga dalam video itu meminta kepada Penjabat Bupati, Djalaludin Salampessy agar datang ke Wapsalit untuk melihat kebun, hewan peliharaan dan kolam ikan yang telah mereka tinggalkan.

Namun dalam isi video yang direkam oleh seseorang itu tidak dijelaskan secara spesifik soal ketakutan warga yang berakibat mereka mengungsi.

Selain video ini, juga beredar luas dua rekaman suara aktivis perempuan,  Deliana Bihuku yang ditaruh di Group WA Epsulut Geba Adat yang kemudian sharing dan teruskan di media sosial.

Dalam rekaman itu, Deliana Bihuku menyampaikan pesan dan salam dari masyarakat adat kepada mahasiswa untuk turun lapangan menolak kehadiran PT OGI yang sedang mengeksplorasi energi panas bumi di Wapsalit, Kecamatan Lolongquba, Kabupaten Buru.

Deliana meminta kepada warga jangan ikutan mengungsi dan ia dan rekan mahasiswa serta masyarakat akan turun melakukan aksi protes meminta PT OGI berhenti beroperasi.

“Besok ini (Minggu, red), mungkin selesai ibadah kampong kosong (akibat mengungsi, red), ” ucap Deliana.

Dalam satu rekaman lainnya, Deliana menyebutkan, kalau awal yang membuat masyarakat mengungsi karena perusahaan PT OGI yang menyuruh.

“Jadi perusahaan yang suruh pindah. Perusahaan bilang pada bapak babinsa dong untuk mengimbau kepada masyarakat pindah dolo untuk sementara waktu karena bahaya dari efek pengeboran di atas,” cuap-cuap Deliana Bihuku.

Karena termakan isue mengungsi  dari aktivitas eksplorasi pengeboran panas bumi, kata Puteri Waeflan ini, ada warga yang menjual ternak sapinya sebanyak sebelas ekor dengan harga murah.

Masih dalam grup WA Epsulut Geba Adat, Deliana menyampaikan chating informasi terbaru, bahwa yang menyuruh masyarakat mengungsi adalah perusahaan lewat kepala-kepala desa dan babinsa.

Menanggapi kicauan Deliana Bihuku ini, dua humas PT OGI, Adjie Hentihu dan Djafar Nurlatu yang dihubungi terpisah, dengan tegas menyatakan kalau perusahaan tidak pernah meminta para kades dan babinsa menyuruh masyarakat untuk mengungsi.

“Coba cek lagi ke lokasi (desa, red), apa benar ada perintah perusahaan kepada kades dan babinsa seperti itu, ” ujar Djafar seraya menambahkan kalau info itu tidak benar.

Senada dengan Djafar Nurlatu, dihubungi secara terpisah, Adjie Hentihu juga membantah kalau perusahaan ada memakai tangan babinsa dan para kades guna menyuruh masyarakat mengungsi untuk sementara waktu. “Itu info hoax. Info yang tidak benar, ” tandas Adjie.

Kata Adjie, apa bisa dibuktikan kades dan babinsa yang mana yang dipakai perusahaan untuk menyuruh warga mengungsi.

Adjie mengimbau agar bijaklah dalam bermedia sosial. Kalau tidak ada bukti akurat dan info didukung dengan bukti yang berbau hoaks agar tidak disebarluaskan. (ZI-18)