
Ahli Unpatti: Sianida Penyebab Ikan Mati di Pelabuhan Namlea
ZonaInfo.id, Namlea – Ahli kimia dan lingkungan Fakultas MIPA Unpatti Ambon, Yusthinus Thobias Male menduga kuat ada Bahan Berbahaya Beracun (B3) jenis Sianida yang menyebabkan ikan di sekitar Pelabuhan Namlea mati.
B3 ini berada dalam kontainer yang diangkut KM Dorolonda milik PT PELNI yang jatuh ke laut pelabuhan Namlea pada Selasa lalu (27/3/2023).
Male mengatakan Sianida yang menyebabkan ikan-ikan mati mendadak. Seandainya tidak cepat diangkat, maka masih akan ditemukan lagi ikan yang mati.
“Kalau dari indikasi awal itu ada bahan berbahaya beracun (B3). Itu dugaan awal. Untuk membuktikan, perlu hasil analiss lab,” jelas Male di kompleks Pelabuhan Namlea, Kamis (30/3/2023).
Kepada warga Namlea, sebagai langkah berikhtiar dan berjaga-jaga, Male menyarankan agar sepekan ke depan jangan dulu mengkonsumsi ikan dari kawasan perairan di sekitar jatuhnya kontainer.
Lanjut Male, ada mekanisme toksisitas (keracunan) dari ikan selama 14 hari setelah musibah kontainer. Kalau ikan tidak tahan maka mati. Kalau tahan lebih dari 14 hari maka ikan hidup.
“Jangan mengkonsumsi ikan di sekitar ini dulu, karena dia masih terakumulasi. Jadi seperti nyamuk kalau kita habis semprot obat nyamuk tidak langsung mati tapi hanya mabok, siapa yang makan dia kena, ” ujarnya.
Male dan rombongan dari Kantor Lingkungan Hidup Provinsi Maluku tiba tadi pagi di Namlea guna memastikan penyebab ribuan ikan mati di Teluk Namlea akibat kontainer jatuh ke laut yang diduga berisi B3.
Walau laut di sekitar jatuhnya kontainer sempat tercemar, setelah terjun ke TKP dan mengambil sampel dan menguji langsung di sana, Male memastikan kalau perairan di sekitar dermaga kini sudah netral.
Dapat dibuktikan dengan PH air lautnya sudah di angka 7 (tujuh). Kalau PH masih 4 atau 5, orang yang kena air laut tercemar itu akan menderita gatal-gatal.
Cepatnya lautan kembali normal, karena posisi laut Teluk Namlea sangat terbuka dan terjadi arus keluar masuk sehingga B3 cepat terurai.
Menjawab wartawan, sekali lagi Male pastikan ada Sianida dalam isi kontainer. “Yang tumpah di laut ini juga terdapat Asam Sianida,” jelasnya.
Bila ada yang beralibi kontainer yang sempat dibuka di hari kemarin hanya berisi kapur, Malea mematahkan alibi itu dengan membuktikan banyak ikan yang mati.
Ia juga menemukan cairan merah di dekat kontainer . “Cairan merah yang keluar dari dalam kontainer itu reaksi Sianida dengan besi. Nanti kalau konsentrasi Sianida meningkat, maka warnanya biru,” ungkap Male.
Ia sempat menyinggung di Kali Anahoni beberapa waktu lalu yang airnya berwarna biru.”Itu akibat reaksi Sianida dan besi sulfida yang berlebihan. Makanya jadi biru, ” ujarnya.
Kata Male, efek kapur yang juga terdapat dalam kontainer saat jatuh ke laut hanya memberi reaksi panas. Namun cepat dinetralisir karena jatuhnya di lautan, juga tidak bisa membuat ikan-ikan mati. “Kecuali kapur satu gunung kita tumpahkan bisa mendidih, ” sambungnya.
Tapi kalau sampai ikan itu mati, lanjut Male, maka indikasi awal ikan itu sulit bernafas. Ditunjukan dengan insangnya yang pucat dan warna kulitnya agak sedikit pudar.
Bukti Itu menunjukan kalau ikan telah terkontaminasi dengan zat berbahaya dan menghambat dia tidak bernafas. “Yang punya ciri-ciri membunuh ikan seperti hanya Sianida, ” terang Male.
Tidak berniat menyalahkan PT PELNI, Male di hadapan wartawan juga mengingatkan, kalau B3 tidak boleh diangkut atau diantarpulaukan dengan menggunakan kapal penumpang, termasuk KM Dorolonda.
Karena sudah terlanjur, terjadi musibah, maka Male meminta agar mata rantai pasok di pelabuhan yang harus diperjelas. Antara ekspedisi dan yang punya barang harus ada dokumen verifikasi apa yang dikirim.
Dari ekspedisi ke pelabuhan, yang punya otoritas juga harus verifikasi betul isi kontainer dengan manifes. Kemudian dari pelabuhan naik ke kapal. “Nah itu yang harus diselesaikan. Karena ini banyak terjadi di pelabuhan kita, ” ujarnya.
Pola pemasokan seperti yang terjadi saat ini dinilai sangat rawan untuk terorisme, bisa untuk peledak dan amunisi juga untuk peredaran narkoba.
“Kalau kita naik kapal bawa burung ditahan oleh karantina. Tapi kalau di kontainer? Siapa yang bongkar? Siapa yang tahu?,” tandas Male.
Masalah yang terlanjur terjadi, memberi pelajaran bagus untuk semua agar lebih berhati-hati lagi ke depannya, dalam hal verifikasi dokumen barang. “Kali ini Sianida. Besok-besok apa lagi,” ujar Male.
Sementara itu Kabag Ops Polres Pulau Buru, AKP Upsril W Futwembun dan Paur Humas Polres Pulau Buru, Aipda MYS Jamaludin senada dengan Male, menjelaskan, kalau isi kontainer belum bisa dibongkar karena menunggu perlengkapan security safety, karena kuat dugaan ada B3 di sana.
Fetwembun menjelaskan, kalau Polres Pulau Buru terus berkoordinasi untuk mengungkapkan kasus kontainer yang jatuh ke laut dan menyebabkan ikan mati mendadak ini.
Jelas Futwembun, mulai dari kemarin polisi telah memeriksa beberapa saksi, termasuk mencari tahu jejak oknum yang ada di dokumen manifes tertulis atas nama Fadly. Karena masih penyelidikan, polisi belum bisa terlalu banyak menyampaikan informasi.
Polisi optimis dugaan tindak pidana ini bisa menjadi terang dan dapat diungkap siapa saja oknum yang terlibat. Bila sudah jelas, akan dipublis ke publik lewat press release. (ZI-18)