Lintas Daerah

Pimpinan Tokoh Adat Hanya Akui Abdullah Wael Raja Petuanan Kayeli

ZonaInfo.id, Namlea – Pimpinan Tokoh Adat tertinggi di Dataran Rendah yang bergelar Hinolong Baman hanya mengakui Abdullah Wael sebagai Raja Petuanan Kayeli yang sah.

Abdullah Wael dinobatkan dan dipasangi smaket di tahun 2016 lalu.

Karena itu, saat Fandi Ashari Wael yang mulai diperkenalkan sebagai Raja Petuanan Kayeli  dalam satu upacara dengan tajuk “Matawa Jou Kaiely Fehut” yang berlangsung di Desa Wapsalit, Kecamatan Lolongquba, pada Sabtu (18/3/2023), belum diakui oleh Hinolong Baman dan perangkat adat di kawasan  Dataran Rendah.

Hal itu disampaikan Hinolong Baman, Manaliling Besan di hadapan tokoh petuanan Kayeli, Ibrahim Wael dan Raja Abdullah Wael dan disaksikan sejumlah tokoh pemuda saat bertamu ke rumahnya di Desa Kubalahin, Kecamatan Lolongquba pada Sabtu malam.

Di hadapan Ibrahim Wael dan kawan-kawan, Honolong dengan gamblang dan tegas mengatakan Raja Petahana  Kayeli yang sah adalah Abdullah Wael.

Abdullah Wael sebelumnya adalah anggota TNI AD. Ia memilih pensiun dini untuk memangku jabatan Raja Petuanan Kayeli setelah Raja sebelumnya tutup usia.

Karena tetap mengakui yang sah hanya Abdullah Wael, maka tokoh adat kharismatik di Soar Pa ini dengan bijak menyarankan Ibrahim Wael dan kawan-kawan pergi bertamu ke Tokoh Soar Pito, Kaksodin Ali Wael yang secara terbuka memproklamirkan Fandi Ashari Wael sebagai Raja Petunanan Kayeli.

Padahal di tahun 2016 lalu, Kaksodin Ali Wael juga ikut merestui Abdullah Wael sebagai Raja yang baru menggantikan ayah dari Fandi Wael bernama M Fuad Wael yang meninggal dunia karena sakit.

Namun saran Hinolong Baman ini tidak sontak diamini, karena Ibrahim Wael dan Abdullah Wael kadung marahi Kaksodin. Sebab itu, dari rumah Hinolong, rombongan Ibrahim Wael memilih balik ke Namlea malam itu juga.

Ibrahim dan kawan-kawan lebih memilih langkah hukum dengan akan tetap memasalahkan kegiatan di Wapsalit  ke ranah pidana dengan melaporkan Kaksodin Ali Wael, Ketua Panitia Pelantikan Raja baru, Umar Nurlatu dan Kadis LH Kabupaten Buru, M Adjhie Hentihu.

Nama salah satu pimpinan OPD ini turut dilaporkan, karena diduga berada di balik layar penobatan Raja baru.

Ibrahim Wael dengan nada emosi sempat meminta Adjhie Hentihu mengurus saja Petunanan Lisela dan jangan  membawa jargon Nangkah berbuah Nangkah untuk memaksakan kehendak melantik ponakannya, Fandi Ashari Wael sebagai Raja baru padahal sudah ada Raja yang sah adalah Abdullah Wael.

Wartawan media ini melaporkan, pengenalan Fandi Ashari Wael sebagai Raja baru di Wapsalit berjalan mulus tanpa ada gangguan.

Kaksodin Ali Fael memperkenalkan Fandi sebagai Raja Petuanan Kayeli menggantikan ayah kandungnya Fuad Wael yang telah lama tutup usia.

“Raja tidak lagi dipilih atau ditunjuk tapi berdasarkan garis keturunan secara genetic. Jadi tidak ada istilah pelantikan raja di atas raja. Raja Kaiely hanya satu orang yakni Fandi Ashari Wael,” kata Kaksodin.

Kaksodin dengan suara lantang dalam sambutannya meminta Penjabat Bupati Buru agar tidak  menerima siapapun yang datang mengatasnamakan raja  selain Fandi Wael.

Pada kesempatan yang sama, Jalaludin Salampesy mengawali sambutannya mempersilakan Fandi berdiri seraya berkata “inilah raja kita” disambut tepuk tangan dari seluruh undangan yang hadir.

Salampessy menngatakan, petuanan Kayali saat ini telah memiliki raja yang perlu dihormati.

“Setelah mempelajari silsilah keturunan raja almarhum Mansur Wael yang kemudian turun sampai ke Fandi Wael, inilah yang kita tahu “Nangka Barana Nangka,” ujar Salampessy.

Lalu dilanjutkannya lagi, kalau benang merah yang ada tidak bisa dipisahkan. Siapapun boleh berbicara tapi tidak mungkin memutus lautan samudera, tidak mungkin bisa menaklukkan gunung yang ganas.

“Hanya orang-orang tertentu yang mampu dan dialah benang merah yang harusnya menjadi pemimpin untuk semuanya,” katanya lagi.

Menanggapi hal di atas, Ibrahim Wael mengaku miris dengan isi sambutan orang nomor satu di Kabupaten Buru ini juga ikut-ikutan latah menggunakan jargon Nangkah berbuah Nangkah untuk mengakui Fandi yang nota bena adalah anak buahnya di ASN Buru dan menjabat sebagai Camat Teluk Kayeli.

Menanggapi lebih lanjut komentar Djalaludin yang menggunakan istilah benang merah, kalau Fandi itu anak dari Fuad Wael raja sebelumnya, dengan tegas Ibrahim Wael membeberkan fakta, kalau Abdullah Wael dan Fandi Wael masih saudara sepupuh dekat. Keduanya sama-sama adalah ponakan dekatnya.

Dipertegas lagi, bahwa Abdullah dan Fandi masih dalam garis satu keturunan kakek kandung dari Ibrahim Wael, Raja terdahulu yang bernama Mansur Wael.

Bila disoalkan pengganti Raja harus anak langsung dari Raja yang mangkat. Ibrahim lalu contohi dirinya, kalau orang tua kandungnya, Raja Abas Wael saat tutup usia, tapi jabatan Raja Petuanan Kayeli tidak otomatis dipikul olehnya, melainkan diletakan di pundak sepupunya M. Fuad Wael, yaitu ayah dari Fandi Wael.

Katanya lagi, saat Raja Petuanan Lisela sebumnya Noce Hentihu mangkat, bukan anak kandungnya  yang dinobatkan menjadi Raja, melainkan Aziz Hentihu yang juga ponakan dari Noce dan cucu dari raja terdahulu yang menjadi Raja hingga sekarang dan tidak dimasalahkan, sekalipun bukan Nangkah berbuah nangkah.

“Kalau Aziz Hentihu bisa menjadi Raja, kenapa Abdlllah Wael tidak bisa, mereka juga sama sama keturunan langsung dari Raja terdahulu. Jadi Adjhie pulang saja urus di Fenalisela, jang campur di Petuanan Kayeli, dan pak penjabat juga agar lebih bijaksana dalam bertutur di khalayak ramai, ” katanya gerah.

Ibrahim lebih jauh mengungkapkan, saat pertemuan dengan  tokoh kharismatik Hinolong Baman di situ telah dijelaskan oleh Manaliling, kalau cap jempolnya dan foto dirinya telah dipergunakan oleh panitia pelantikan Fandi.

Hinolong ditelepon agar hadir di Wapsalit tapi ia menolak hadir di sana dan sejumlah tokoh kepala soa dari Dataran Rendah juga tidak ikut di kegiatan dimaksud.

Bahkan di Kubalahin hanya Manaliling sendiri yang terima Fandi dan Penjabat Bupati tanpa didampingi para kepala soa Dataran Rendah.

Dijelaskan, saat Fandi Wael dibawa oleh Kaksodin Ali Wael ke Desa Kubahalin, maka sebagai tuan rumah yang sopan, Hinolong tetap menerima mereka karena ikut hadir Penjabat Bupati.

Kata Hinolong Baman, ia hanya menyalami Fandi dan rombongan lainnya dan ikut berbasa basi sebagai tuan rumah karena ia sangat menghargai sosok Penjabat Bupati Buru yang mau datang ke tempat tinggalnya.

Tapi tegasnya, ia tidak memasang smaket terhadap Fandi, sebab Raja Abdullah Wael yang dikukuhkan tahun 2016 lalu adalah yang sah. (ZI-18)