
Usaha Perikanan Berkelanjutan di Maluku, Guru Besar Unpatti: Perlu Kerja Sama Jaga Kesuburan Perairan
ZonaInfo.id, Ambon – Maluku merupakan provinsi Kepulauan yang kaya akan sumber daya alam laut. Perikanan merupakan sektor penting untuk pendapatan daerah. Perlu kerja sama untuk menjaga kesuburan perairan.
Hal ini disampaikan Prof. Ir. Irma Kesaulya, MSc., PhD dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar dalam ranting ilmu/kepakaran Oseanografi Biologi pada Fakultas Perikanan dan ilmu kelautan, di Rapat Terbuka Luar Biasa Senat Unpatti, Kamis (22/5/2025) di Auditoriun Kampus setempat.
Kesaulya menyampaikan pidato berjudul, ”Peranan Fitoplankton sebagai Penentu Kesuburan Perairan untuk Menunjang Usaha Perikanan Keberlanjutan di Provinsi Maluku”.
Kesaulya menjelaskan biomasa ikan akan berada pada nilai tertinggi di lokasi perairan laut yang mempunyai nilai produktivitas primer yang tinggi, dan kemudian efisiensi rendah di lokasi perairan yang rendah produktivitas primer atau di kondisi perairan yang oligotrofik.
”Jadi dalam hubungannya dengan biomasa fitoplankton akan sangat penting peranannya bagi Maluku, dimana bisnis perikanan skala besar dan tradisional merupakan unsur penting pemenuhan dan keberlangsungan dasar kebutuhan keluarga dari masyarakat pesisir,” ujarnya.
Di lain pihak, fenomena perubahan iklim yang terjadi saat ini memberikan pengaruh bagi suhu dan produktivitas perairan. Dengan demikian, apabila terjadi peningkatan transfer energi yang efisient dalam satu rantai makanan akan menutupi perubahan yang terjadi pada produktivitas primer perairan laut. Sebaliknya penurunan transfer energi dalam rantai makanan di laut dapat menurunkan hasil tangkapan perikanan di laut.
Hal ini menggambarkan pentingnya menjaga kestabilan rantai makan terutama fitoplankton yang merupakan organisme yang menjadi dasar rantai makanan di laut untuk menjaga keberlanjutan usaha perikanan di masa mendatang terutama di Maluku, dimana sektor perikanan memainkan peranan penting untuk pertumbuhan ekonominya.
”Menjaga kesuburan perairan dan kestabilan dalam jaringan makanan merupakan hal utama dan menjadi tanggung jawab semua pihak/stakeholder yang berhubungan dengan pemanfataan sumberdaya laut. Dengan demikian, keterlibatan masyarakat lokal untuk medukung hal tersebut diatas harus terus digalakan sehingga keberadaan sumberdaya alam laut di pulau-pulau kecil dapat terjaga keberlanjutannya,” tandas Kesaulya.
Lanjutnya, Maluku merupakan provinsi Kepulauan yang kaya akan sumber daya alam laut, dimana sektor perikanan merupakan sektor penting untuk pendapatan daerah. Kondisi geografis yang menguntungkan ini menuntut pemerintah dan masyarakat untuk berkerja bersama-sama dalam proses exploitasi sumberdaya laut yang ramah lingkungan demi menjaga keberlajutan sumberdaya dan kesuburan perairan laut di Maluku. Hal ini menjadi penting dan krusial di lokasi perairan semi-tertutup seperti teluk dan selat, di mana ditemukan banyak aktivitas perikanan skala kecil dan menengah.
Salah satu permasalahan yang perlu menjadi perhatian pemerintah, insan perguruan tinggi dan masyarakat pesisir adalah bekerja bersama untuk menjaga kesuburan dan kelestarian perairan laut di tengah berbagai tekanan ekonomi. Hal ini dapat dikerjakan melalui peran dan fungsi masing-masing, dimana insan perguruan tinggi memberikan berbagai hasil penelitian dalam merumuskan kebijakan untuk menghasilkan perikanan yang berkelanjutan.
”Kebijakan-kebjakan tersebut juga ada yang melibatkan masyarakat. Salah satunya adalah dengan cara mengedukasi masyarakat tentang berbagai perubahan yang terjadi di laut yang memberikan dampak negatif bagi keberlangsungan pendapatan dan kebutuhan protein mereka yang bersumber dari sumberdaya laut,” ujar Kesaulya.
Ia mengungkapkan masyarakat pesisir harus mengetahui tentang bahaya dari blooming fitoplankton bagi kesehatan dan juga bagi usaha perikanan, serta bagaimana melibatkan masyarakat pesisir dalam proses monitoring di lokasi-lokasi perairan yang terindikasi terjadi blooming yaitu perubahan warna permukaan air laut (hijau, coklat, kemerah-merahan) yang bukan diakibatkan karena masukan sedimen dari sungai. Dengan adanya kerja sama antara instansi pemerintah- masyarakat- universitas yang didalamnya ada para peneliti, maka proses monitoring dan perolehan data dapat dilaksanakan dengan baik dan dianalisa untuk mitigasi pengaruh perubahan iklim bagi sumberdaya laut baik yang bernilai ekonomis penting maupun yang non-ekonomis penting untuk menjaga keragaman jenis organisme laut dan kestabilan ekosistem peraiaran laut secara keseluruhan yang juga merupakan salah satu point dari Sustainable DevelopmentGoals.
Hal penting lainnya juga yang harus menjadi perhatian serius di Maluku adalah perlu adanya kerja sama antar insan perguruan tinggi dan pemerintah dalam membuat rumusan kebijakan yang berhubungan dengan monitoring kesehatan laut dengan menggunakan mikroorganisme seperti fitoplankton sebagai salah satu indikator Ocean Health Index (OHI) atau Indeks Kesehatan Laut (IKLI).
”Ketersediaan IKLI di perairan Maluku masih sangat terbatas dan baru dilakukan kajian di perairan semi-tertutup yaitu Teluk Ambon dan Teluk Baguala dengan nilai IKLI yang rendah. Dengan tersedianya OHI atau IKLI dari perairan Maluku secara luas, akan dapat digunakan sabagai salah satu syarat dalam menunjang usaha perikanan di Maluku untuk masuk ke pasar Internasional,” tandas Kesaulya. (ZI-21)