ZonaInfo.id, Ambon – Wali Kota Ambon, Bodewin M. Wattimena memaparkan kondisi umum Kota Ambon dan 17 Program Prioritas saat memberikan kuliah umum pada Orientasi Studi Mahasiswa Baru (OSMB) Universitas Terbuka (UT) Ambon.
OSMB UT Ambon berlangsung, Sabtu (8/3/2025) di Hotel Marina. Sekitar 200 mahasiswa mengikuti kuliah umum dari Wali Kota.
Wattimena mengatakan OSMB UT Ambon menjadi momentum berharga membangun komitmen kebangsaan dan memajukan Kota Ambon untuk meningkatkan kualitas pendidikan demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Olehnya itu, Pemerintah Kota Ambon harus bersinergi dengan seluruh lembaga pendidikan.
“Kita bekerja bersama dengan perguruan tinggi yang ada di Kota Ambon, termasuk UT semata-mata untuk memastikan bahwa tercipta tujuan kita bersama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,” tandasnya.
Wattimena lebih jauh menjelaskan, Kota Ambon memiliki luas wilayah 377 km². Luas daratan 359,45, sisanya lautan.
“Kota ini memiliki 5 kecamatan, 20 kelurahan, 8 desa, dan 22 negeri, dengan jumlah penduduk tahun 2024 357.289 jiwa,” ungkapnya.
Lanjutnya, orang yang tinggal di Kota Ambon lebih banyak dari jumlah penduduk yang tertera di angka BPS. Karena sebagian yang mendiami Kota ini belum mau untuk menjadi warga Kota Ambon, dan memiliki identitas sebagai warga Kota.
Kemudian, angka pengangguran di Kota Ambon berjumlah 21.258 jiwa, dan tingkat pengangguran terbuka 11,44%. Angkanya tinggi, karena di Kota ini tidak memiliki sumber daya alam yang banyak.
“Kota ini tidak ada pabrik besar, pertambangan tidak seperti di Maluku Utara dan lainnya. Kalau itu ada maka bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak,” ujarnya.
Karena itu, Kota Ambon bertumpu pada sektor jasa dan perdagangan untuk menyerap tenaga kerja.
Wattimena menjelaskan lagi, pertumbuhan ekonomi Kota Ambon cukup baik yaitu 5,96%. Angka ini di atas pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku dan juga di atas pertumbuhan nasional.
“Inflasi di Kota Ambon ini per Desember 2024 1,92% dan Februari 2025 0,58%, di bawah standar nasional inflasi yang ditetapkan yaitu 3,5%,” terangnya.
Lanjutnya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang menggambarkan bagaimana kondisi sumber daya manusia Kota Ambon yaitu pendidikan, kesehatan di angka 83,37%. Ini termasuk tertinggi rata-rata nasional.
“Kota Ambon lebih tinggi dari provinsi yang masih di angka 70% lebih. Kota Ambon sudah 83% dari 11 kabupaten Kota di Maluku dan masuk dalam IPM tertinggi di nasional,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan, penduduk miskin Kota Ambon tahun 2024 25.810 jiwa. Hampir paralel dengan jumlah pengangguran. Dari angka ini dapat dipastikan bahwa rata-rata penduduk miskin Kota Ambon ini mereka belum bekerja, dan belum memiliki pendapatan.
“Mereka belum mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik, tetapi satu hal yang perlu diingat bahwa jurang kemiskinan di Kota Ambon ini tidak terlalu jauh. Dua tahun terakhir kita tidak punya penduduk miskin ekstrem. Jadi kalau kita di garis kemiskinan menurut basic kita hanya di bawah garis kemiskinan. Jadi presentasinya 5,13% tidak terlalu besar, karena jumlah penduduk Kota Ambon lebih besar di angka 25.810%,” papar Wattimena.
Karena itu, Wattimena dan Wakilnya, Ely Toisutta mempunyai 17 program prioritas yang disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat Kota Ambon.
“Kita menyusun 17 program prioritas ini dengan tujuan menjawab kebutuhan masyarakat hari ini,” ujarnya.
Ketujubelas program prioritas tersebut yakni Pertama, akses air bersih. Kedua, pengelolaan persampahan dan penataan lingkungan. Ketiga, mengurangi kemacetan melalui pembangunan jalan alternatif rakayasa lalu lintas dan penataan transportasi publik.
Keempat, perbaikan jalan, penataan pasar, penataan permukiman kumuh, perbaikan fasilitas umum maupun fasilitaa pelayanan publik lainya yang ramah disabilitas.
Kelima, penyediaan lapangan kerja melalui kemudahan investasi, pengembangan UMKM, bantuan modal usaha, serta kemudahan akses lapangan kerja bagi penyandang disabilitas.
Keenam, pelayanan publik yang mudah dan terjangkau melalui Mall Pelayanan Publik dam bebas pungli.
Ketujuh, membangun ekosistem ekonomi kreatif guna mendukung Ambon City of Music.
Kedelapan, pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. Kesembilan, peningkatan pendapatan daerah melalui intensifikasi sumber-sumber pendapatan.
Sepuluh, Wali Kota Jumpa Rakyat sebagai wadah perjumpaan masyarakat dengan pemimpinnya, pada setiap Jumat dari jam 08:00-10: 00 WIT.
“Wali Kota menunggu rakyat di depan Kantor Balai Kota mendengar aspirasi rakyat Kota Ambon,” ujar Wattimena.
Kemudian, Sebelas, pengembangan konsep pariwisata terintegrasi. Dua belas, penataan birokrasi yang kapabel, handal dan bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Tiga belas, melanjutkan pengembangan Ambon Smart City. Empat belas, penanggulangan kemiskinan melalui kegiatan pemberdayaan hibah dan bansos.
“Saya selalu bilang ke Sekkot, harus mengetahui benar apa yang dibutuhkan oleh penduduk miskin, kalau mereka tak punya rumah atau rumah mereka tidak layak huni, beri mereka bantuan rumah, kalau anak-anak tak mampu lanjutkan pendidikan beri mereka beasiswa atau kalau tak punya pekerjaan beri mereka pekerjaan, supaya lambat laun penduduk miskin bisa teratasi,” tandas Wattimena.
Selanjutnya, lima belas, penguatan peran lembaga keagamaan, FKUB, serta pemberian insentif tuagama, penjaga gereja, penjaga masjid, penjaga pura, penjaga viharà dan unsur lainya sesuai kemampuan keuangan.
Enam belas, penguatan peran pemuda dalam industri kreatif. “Anak-anak muda didorong untuk masuk ke industri kreatif, akan dorong mereka dengan pelatihan dan stimulan lain,” jelas Wattimena.
Tujuh belas, fasilitasi penguatan peran lembaga adat, Ormas, OKP, LSM, forum anak, organisasi paguyuban dan organisasi kemasyarakatan lainya.
Wattimena berharap apa yang disampaikannya dapat memberikan motivasi bagi para mahasiswa baru untuk dapat menyelesaikan studi tepat waktu.
“Pada waktunya mereka bisa melaksanakan tugas-tugas perkuliahan dengan baik, lebih termotivasi untuk menyelesaikan studi sehingga dapat berkontribusi untuk Kota Ambon,” ujarnya.
Direktur UT Ambon, Yuli Tirtariandi El Anshori juga berharap mahasiswa dapat menjadi agen perubahan dan agen pembangunan dengan ilmu yang diperoleh selama berkuliah, terutama dalam membuka lapangan pekerjaan.
“Kita mendorong mahasiswa untuk dapat menjadi pionir dalam membuka lapangan pekerjaan, tidak hanya menggantungkan lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah, untuk dapat membantu menurunkan angka pengangguran,” tandasnya. (ZI-21)